
Dewasa dengan Penerimaan
Kenangan masa lalu tak akan mungkin mampu kita tepis,
mustahil kita hindari, dan tak akan pernah sanggup untuk
kita lenyapkan. Meski begitu, tak ada kalimat terbaik dalam
menghibur diri selain keinginan untuk memaafkan masa lalu.
Ya, maafkanlah dirimu atas kesalahan di masa lalu.
Sejatinya, yang paling pantas untuk disalahkan atas semua
penderitaan ini adalah diri kita sendiri. Mengapa tak kunjung
dewasa? Mengapa selalu saja menghardik sosok itu? Mengapa
pula aku harus mengubur semua cita hanya karena seseorang
yang telah memunculkan luka?
Jika ada yang perlu disalahkan atas segala luka yang membalut
maka itu adalah kamu. Ya, kamu sendiri yang mencoba melubangi
perahu itu, yang pada akhirnya menenggelamkanmu dalam
samudra kesakitan.
Sayangnya, melupakan hanyalah sebatas nasihat tanpa jalan
keluar. Ia hanya sebatas didengar oleh telinga dan berlalu begitu
saja tanpa ada aksi nyata yang diteruskan oleh jiwa. Cara yang
paling baik atas segala luka yang menggores adalah dengan
senyum penerimaan. Menyadari bahwa di balik lautan masa lalu
ada sebongkah mutiara kebaikan yang masih bisa ditemukan.
Siapa yang menyangka, di balik panjangnya usaha pembuatan
perahu raksasa di zaman Nuh, ada kabar gembira yang menanti.
Siapa pula yang menyangka, di balik kesabaran Ibrahim
mendakwahi Azar sang ayah, tersimpan anugerah yang indah dari
sosok qurrata a’yun penyejuk jiwa, generasi Ismail yang mulia.
Maka dari itu, belajarlah, wahai hati. Selagi masih ada waktu untuk
memperbaiki diri, janganlah beri alasan untuk menunda kembali.
58
Assalamu’alaikum, Hati ....