E-ISBN 978-623-6848-18-0
Ibu Sehat, Anak Sehat,
Bangsaku Kuat
Sekar Amalia
Pantja Simpati
Tangerang
Ibu Sehat, Anak Sehat, Bangsaku Kuat
Sekar Amalia
Desain isi dan sampul: Setyawan
Penata letak isi: Danang
Cetakan pertama: 2020
Penerbit Pantja Simpati
Jln. Raya Serang Km 11, Cikupa, Tangerang 15710
Tel. (62-21) 5961224 (Hunting)
Anggota IKAPI
viii, 55 hlm.; 25 cm
E-ISBN: 978-623-6848-18-0 (PDF)
1. Pengayaan I. Judul
©Hak cipta dilindungi oleh undang-undang
All Rights Reserved
Dicetak oleh Pantja Simpati
Kata Pengantar Penerbit
Menjaga kesehatan badan itu penting bagi siapa pun karena kesehatan
sangat memengaruhi segla aktivitas kita. Ketika kita sedang sakit, tentunya
aktivitas kita menjadi terhambat. Dan, tentu saja hal ini akan berdampak
pada prestasi yang ingin kita raih.
Begitu pun sebuah bangsa. Andaikan bangsa ini sebuah tubuh, jika
ada salah satu anggotanya yang sakit, anggota tubuh yang lain akan turut
merasakannya. Dan, andaikan bangsa ini adalah sebuah keluarga, jika ada
keluarga yang sakit, anggota keluarga yang lain pasti turut merasakan sakit.
Apalagi, jika yang sakit adalah ibu.
Ibu adalah sumber kekuatan keluarga. Berkat ibu yang sehat, tumbuh
anak-anak yang sehat pula. Dan, tentunya keluarga akan menjadi kuat jika
seluruh anggota keluarganya sehat. Oleh karena itu, menjaga kesehatan ibu
itu penting. Oleh karena itu, pemerintah selalu mengupayakan gerakan-
gerakan untuk meningkatkan kesehatan ibu, yang selalu diiringi dengan
peningkatan kesehatan anak dan a keluarga dan lingkungan.
iv
Bagi sebuah bangsa anak-anak adalah generasi penerus bangsa yang
akan menerima tongkat estafet kepemimpinan bangsa. Oleh karena itu,
diperlukan generasi-generasi bangsa yang sehat yang mamapu mengemban
amanat itu.
Buku Ibu Sehat, Anak Sehat, Bangsaku Kuat memberi pelajaran kepada
anak-anak apa saja upaya-upaya pemerintah untuk meningkatkan kesehatan
ibu dan anak sejak ibu hamil atau anak masih di dalam kandungan hingga
anak mencapai usia 5 tahun (balita). Pemerintah memantau perkembangan
dan pertumbuhan badan dan kecerdasan anak, sekaligus kebutuhan mereka
terhadap makanan-makanan bergizi. Oleh karena itu sangat tepat jika Tiga
Serangkai menerbitkannya.
Penerbit
Prakata
Kesehatan ibu dan anak itu amat penting demi keberlangsungan
kehidupan bangsa karena melalui ibu yang sehatlah akan terlahir anak-anak
yang sehat. Anak-anak yang kelak menjadi penerus bangsa ini. Oleh karena
itu, pemerintah terus berupaya meningkatkan dan memantau kesehatan ibu
dan anak melalui puskesmas di setiap kecamatan.
Para tenaga kesehatan di puskesmas secara aktif membantu
memberikan pelayanan kesehatan, khususnya kepada para ibu dan anak
(balita). Jenis pelayanan tersebut meliputi pemantauan kesehatan dan
gizi ibu hamil, pemantauan kesehatan dan gizi balita, dan memberikan
penyuluhan-penyuluhan tentang kesehatan dan kebersihan di lingkungan
keluarga dan lingkungan di sekitarnya, salah satunya lewat Posyandu (Pos
Pelayanan Terpadu).
vi
Buku Ibu Sehat, Anak Sehat, Bangsaku Kuat ini mencoba
memberikan informasi-informasi kepada anak-anak tentang jenis
pelayanan yang diberikan tenaga kesehatan kepada ibu dan anak agar
mereka pun mengerti tentang upaya-upaya pemerintah dalam meningkatkan
kesehatan masyarakat dan paham mengapa kesehatan bagi ibu dan
anak itu teramat penting.
Penulis
Daftar Isi
Kata Pengantar Penerbit iii
Prakata v
Daftar Isi vii
Daftar Gambar viii
Pendahuluan 1
Pergi ke Posyandu 3
Kegiatan di Posyandu 8
Penyuluhan Kesehatan 14
Pelayanan Lain di Posyandu 22
A. Taman Bacaan dan Arena Bermain 22
B. Pemberian Makanan Bergizi 25
Melanjutkan Membaca 31
Penutup 48
Daftar Pustaka 49
Glosarium 51
Indeks 53
Tentang Penulis 55
Daftar Gambar
• Ibu-ibu membawa anaknya ke Posyandu (6)
• Bayi sedang ditimbang oleh petugas Posyandu (9)
• Bayi sedang disuntik imunisasi oleh petugas Posyandu (9)
• Bayi sedang diukur lingkar kepalanya oleh petugas
Posyandu (9)
• Kartu Menuju Sehat (KMS) (10)
• Buku Kesehatan Ibu dan Anak (11)
• Suasana penyuluhan kesehatan di Posyandu (15)
• Cara mencegah penyakit ISPA (18)
• Anak-anak bermain dan membaca buku di Posyandu (23)
• Urutan cara menyikat gigi (25)
• Bahan makanan gizi seimbang (27)
• Bayi telentang di tempat tidur sedang berusaha meraih
mainan (34)
• Ibu bermaian ci luk ba dengan bayinya (36)
• Bayi latihan memasukkan dan mengeluarkan mainan
dari wadah (38)
• Bayi berlatih berjalan (39)
• Ibu dan Anak bermain tangkap bola (41)
• Anak 5 tahun membantu ibu memasak di dapur (46)
Mencegah lebih baik daripada mengobati. Kalimat ini pasti sudah
sering kita dengar untuk menekankan bahwa memelihara kesehatan itu amat
penting sebelum datangnya penyakit, baik itu kesehatan jasmani maupun
rohani.
Kesehatan jasmani bisa kita jaga, misalnya dengan pola makan yang
sehat, mengonsumsi makanan-makanan bergizi, dan olahraga. Sedangkan,
kesehatan rohani bisa dijaga dengan cara menghindari stres, beribadah, dan
berpikir positif. Namun, kesehatan jasmani dan rohani tersebut tidak bisa
berdiri sendiri. Keduanya selalu berkaitan antara satu dan lainnya. Kesehatan
jasmani akan memengaruhi kesehatan rohani, begitu pula sebaliknya.
Nah, dalam kaitannya dengan pembahasan kita nanti, kesehatan yang
teramat perlu diperhatikan, bukan hanya oleh masyarakat, melainkan sudah
menjadi tanggung jawab pemerintah adalah urusan kesehtaan ibu dan anak.
Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa melalui ibu yang sehatlah akan
Pendahuluan
2
Ibu Sehat, Anak Sehat, Bangsaku Kuat
lahir anak-anak yang sehat pula. Oleh karena itu, pengetahuan tentang
kesehatan ini wajib dimiliki oleh ibu, khususnya dan tentu saja juga harus
mendapat dukungan penuh dari semua anggota masyarakat. Masyarakat
harus turut memelihara kesehatan lingkungan dan anggotanya agar tercipta
lingkungan yang sehat, jasmani dan rohani.
Salah satu upaya pemerintah dalam mememlihara kesehatan ibu dan
anak dan juga masyarakat pada umumnya ini adalah melalui posyandu (Pos
Pelayanan Terpadu). Di dalam posyandu ibu dan anak akan mendapatkan
pelayanan kesehatan secara gratis, sekaligus penyuluhan-penyuluhan
tentang kesehatan dan memelihara kebersihan lingkungan.
Anak-anak sekolah dasar sebagai warga masyarakat berpendidikan
sangat perlu juga tidak hanya mengenal, tetapi juga harus paham pentingnya
kesehatan ibu dan anak ini. Mereka harus juga mengenal apa itu posyandu, apa
saja yang dilakukan di sana, jenis-jenis pelayanan apa saja yang diberikan
kepada ibu dan anak, dan apa peran mereka sebagai anggota masyarakat
dalam mendukung upaya peningkatan kesehatan ibu dan anak.
Agar anak sekolah dasar mudah memahaminya, buku Ibu Sehat,
Anak Sehat, Bangsaku ini dikemas dalam bentuk cerita yang ringan dan
dilengkapi gambar-gambar yang komunikatif.
***
Pergi Ke Posyandu
Ruri libur sekolah selama satu minggu karena semua ruang kelas
sedang digunakan ujian anak-anak kelas enam. Ruri belajar sendiri di rumah
sambil membantu ibu menjaga adiknya yang masih berumur sembilan bulan.
Adik Ruri benama Mita. Mita baru belajar berjalan sekarang.
”Ayo, adikku sayang, kamu bisa!” seru Ruri memberi semangat
adiknya yang belajar melangkahkan kakinya satu dua langkah.
Dalam salah satu buku tentang tumbuh kembang bayi, Ruri pernah
membaca bahwa ciri-ciri pertumbuhan dan perkembangan anak yang sehat
itu selain bertambahnya berat badan, juga disertai kemajuan-kemajuan
dalam hal motorik atau gerak tubuh. Anak usia 3–6 bulan seharusnya
sudah bisa mengangkat kepala dengan tegak pada posisi telungkup. Anak
usia 9–12 bulan, harus sudah bisa berjalan dengan berpegangan. Anak usia
12–18 bulan, bisa minum sendiri dari gelas tanpa tumpah. Anak usia 18–24
bulan, bisa mencorat-coret dengan alat tulis. Anak usia 2–3 tahun, harus
sudah bisa berdiri dengan satu kaki tanpa berpegangan dan bisa melepas
pakaian sendiri. Anak usia 3–4 tahun, anak bisa mengenal dan menyebutkan
4
Ibu Sehat, Anak Sehat, Bangsaku Kuat
minimal satu kata. Dan, anak usia 4–5 tahun, harus sudah bisa mencuci dan
mengeringkan tangan tanpa bantuan.
”Ruri.” Ibu yang sudah berpakaian rapi sambil membawa tas dan
gendongan bayi memanggil Ruri. ”Ruri, Ibu akan mengajak Mita ke posyandu
dahulu. Bulan ini jadwal Mita mendapat imunisasi campak.”
”Imunisasi? Apakah imunisasi itu, Bu?” tanya Ruri sambil menuntun
Mita ke arah Ibu.
”Imunisasi adalah pemberian kekebalan agar bayi tidak mudah
tertular penyakit-penyakit seperti hepatitis B, tubercolosa, difteri, batuk
rejan, tetanus, polio, dan campak,” jawab ibu sambil meraih Mita dan
mengganti bajunya dengan baju yang lebih pantas.
”Ibu, bolehkah Ruri ikut ke posyandu? Ruri ingin tahu kegiatan-kegiatan
yang ada di posyandu.”
”Ehm ..., boleh saja,” ujar ibu, ”Tapi kamu harus ganti baju juga
dengan baju yang lebih pantas.”
”Oke, Bu!” seru Ruri sambil berlari ke arah kamar.
Tak lama kemudian, Ruri sudah berpakaian rapi. Tak lupa Ruri
membawa buku catatan. Berjaga-jaga jika ada hal-hal penting yang perlu
dicatat di posyandu nanti. Kelak, ia ingin membuat sebuah cerita
tentang pengalamannya di posyandu.
”Ruri, kamu bantu ibu membawa payung, ya,” pinta ibu, ”untuk
memayungi adikmu dari terik matahari. Oya, bantu bawakan juga tempat
makan dan tempat minum ini.”
5
Pergi Ke Posyandu
”Untuk apa tempat makan dan minum kosong ini, Bu,” tanya Ruri.
”Di posyandu setiap anak balita atau anak di bawah usia lima tahun akan
mendapatkan tambahan makanan bergizi, empat sehat lima sempurna. Kamu
sudah tahu bukan pengertian makanan empat sehat lima sempurna?” tanya ibu
kemudian.
”Sudah, Bu. Ibu guru di sekolah sudah pernah menerangkannya.
Makanan yang terdiri atas nasi, lauk-pauk, sayuran, buah, dan
ditambah susu.”
“Anak pintar,” puji ibu sambil mengelus kepala Ruri.
Mereka pun berangkat ke posyandu. Selama di perjalanan, tak henti-
hentinya Ruri bertanya kepada ibunya. “Oya, Bu. Tadi ibu bilang adik akan
diimunisasi campak. Apakah ada imunisasi lain selain imunisasi campak
dan kapan diberikan kepada balita?”
Dengan sabar ibu menerangkan semua pertanyaan Ruri tanpa terlewat
sedikit pun. ”Ruri, ada beberapa jenis imunisasi lain yang harus diberikan
agar anak terhindar dari penyakit-penyakit yang sudah ibu sebutkan di atas.
Ada imunisasi HB 1, BCG, Polio 1 yang diberikan saat bayi berusi 0 bulan.
Lalu dilanjutkan dengan imunisasi HB 2, DPT 1, Polio 2 yang diberikan
pada bayi berumur 2 bulan.”
”Ruri menyela Bu! Ruri belum mengerti arti HB 1, DPT 1, BCG, dan
sebagainya itu.”
”HB artinya imunisasi untuk mencegah penyakit hepatitis B. Sedangkan
angka 1, 2, dan seterusnya adalah tahapan pemberian kepada bayi. Tahap
1, tahap 2, dan seterusnya. DPT adalah imunisasi untuk mencegah
penyakit difteeri dan tetanus. Sedangkan, BCG untuk mencegah penyakit
Tubercolosa,” jawab ibu.
6
Ibu Sehat, Anak Sehat, Bangsaku Kuat
”Oke Bu, sekarang Ruri paham. Berarti imunisasi polio adalah untuk
mencegah penyakit polio. Sekarang Ibu lanjutkan ya tentang jenis-jenis imunisasi
tadi,” pinta Ruri.
Ibu hanya geleng-geleng kepala sambil tersenyum melihat polah
Ruri. Dalam hati Bu Dahlia, nama ibu Ruri, bangga memiliki anak yang
cerdas seperti Ruri. Bu Dahlia melanjutkan penjelasannya, ”Pada usia 3
bulan, bayi diberikan imunisasi DPT 2 dan Polio 3. Lalu, pada usia 4 bulan,
bayi diberikan imunisasi DPT 3 dan Polio 4. Menginjak usia 6 bulan, bayi
diberikan imunisasi HB 3, dan pada usia 9 bulan, bayi diberikan imunisasi
campak.”
Ruri menyimak semua penjelasan ibunya dengan saksama. Sesekali ia
berhenti berjalan untuk mencatat keterangan ibunya yang dirasa sulit untuk
Ibu-ibu membawa anaknya ke posyandu.
7
Pergi Ke Posyandu
diingat. Namun, tak terasa rumah Bu Harun, yang digunakan untuk kegiatan
posyandu, sudah kelihatan. Mereka melihat ibu-ibu hamil dan ibu-ibu yang
membawa balita mereka sudah antre di sana. Ruri makin penasaran apa saja
kegiatan yang ada di posyandu selain memberikan imunisasi kepada bayi.
***
Kegiatan Di Posyandu
Sesampai di posyandu, Ruri melihat ibu-ibu petugas posyandu
berseragam rapi. Mereka dengan sabar melayani setiap pengunjung. Kata ibu,
mereka adalah ibu-ibu PKK atau yang dengan sukarela membantu pemerintah
dalam menyehatkan masyarakat. Ibu-ibu tersebut cukup terampil layaknya
petugas kesehatan karena mereka telah mendapatkan bekal, pelatihan, dan
penyuluhan dari dinas-dinas kesehatan setempat seperti pukesmas dan
dinas kesehatan kota atau kabupaten. Oya, kata ibu, nanti juga akan ada
penyuluhan dari petugas kesehatan pukesmas tentang manfaat pemberian
ASI atau air susu ibu dan cara-cara pencegahan penyakit sekitar pukul
10.00 WIB.
”Ehm, Ruri sudah tak sabar menyimaknya,” batin Ruri.
Ruri mengikuti ibu menuju meja pendaftaran. Di sana petugas
posyandu mencatat nama ibu dan balitanya. Kemudian, ibu menuju meja
penimbangan. Di sana Mita ditimbang berat badannya, diukur tinggi
badannya, dan lingkar kepalanya. Ruri penasaran mengapa kepala harus
9
Kegiatan Di Posyandu
diukur? Ruri pun tak sabar menanyakannya kepada ibunya sesudah
ibunya meninggalkan meja penimbangan.
Ibu pun menjelaskan bahwa sekarang sering ditemui kasus atau
gejala penyakit hidrosepalus, yaitu pembesaran kepala karena adanya cairan
yang mengendap di dalam kepala. Penyakit ini sangat berbahaya karena bisa
menghambat pertumbuhan dan perkembangan bayi. Oleh karena itu, perlu
dilakukan pemeriksaan sedini mungkin agar jika ditemukan gejala dari
awal, bisa segera diobati dan ditangani oleh dokter.
Ruri dan ibunya melanjutkan ke meja pencatatan. Di sini petugas
mencatat hasil penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan
serta lingkar kepala dalam kartu yang diserahkan ibu. Kartu itu bernama
KMS atau Kartu menuju Sehat.
DidalamKMStercatatgrakberatbadan,tinggibadan,danlingkar
kepala.Darigrakitukitabisamembacakenaikandanpenurunanberatbadan,
tinggi badan, dan lingkar kepala anak setiap bulan sehingga pertumbuhan dan
perkembangan anak dapat terpantau, apakah anak tumbuh dan berkembang
Bayi sedang ditimbang oleh
petugas Posyandu.
Bayi sedang diukur lingkar
kepalanya oleh petugas
Posyandu.
Bayi sedang disuntik
imunisasi oleh petugas
Posyandu.
10
Ibu Sehat, Anak Sehat, Bangsaku Kuat
dengan normal atau sebaliknya. Selain itu, tercatat pula kelengkapan pemberian
imunisasi pada bayi dan periode pemberian ASI eksklusif.
Tiba-tiba, Mita menangis. Ruri berpikir, mungkin adiknya haus
karena memang hari mulai panas. Kemudian, ibu mencari tempat duduk
di bawah pohon nangka yang berdiri di pojok halaman rumah Bu Harun
sambil memberi Mita ASI. Wah, Mita langsung berhenti menangis. Rupanya
benar, Mita kehausan.
Sambil menunggu Mita puas minum ASI, Ruri membolak-balik
halaman Buku Kesehatan Ibu dan Anak yang ada di dalam tas ibunya. Buku
itu berisi banyak sekali informasi kesehatan ibu dan anak dan cara-cara
penanggulangan penyakit. Dan yang menarik hati Ruri, buku itu dilengkapi
gambar-gambar yang bagus.
Ruri mulai membuka halaman demi halaman buku tersebut. Ruri
melihat halaman tentang ibu hamil, yang meliputi riwayat kehamilan seorang
ibu, pemeriksaan kehamilan, rencana persalinan apakah harus bersalin ke
rumah sakit atau cukup ditangani tenaga kesehatan, seperti bidan.
Sumber: Foto Pribadi
Kartu Menuju Sehat
11
Kegiatan Di Posyandu
Seorang ibu hamil dan ibu yang akan melahirkan perlu segera dirujuk
ke rumah sakit jika mengalami tanda-tanda bahaya, antara lain: keluar
darah dari jalan lahir, keluar air ketuban sebelum waktunya, kejang, gerakan
janin di dalam perut tidak ada atau berkurang, demam, nyeri hebat di perut,
sakit kepala atau kaki bengkak, muntah terus dan tidak bisa makan pada
kehamilan muda, dan selaput kelopak mata pucat.
Dari keterangan-keterangan itu, Ruri penasaran dengan istilah air
ketuban karena ia pernah mendengar kata itu sebelumnya. Akhirnya, Ruri
pun bertanya kepada ibunya. ”Bu, apa sih yang dimaksud air ketuban?”
Ibu yang sedang mengipasi Mita tersenyum. Ibu menjawab, ”Air
ketuban adalah cairan yang menyelubungi janin yang ada di dalam
kandungan seorang ibu yang berguna untuk memperlancar proses kelahiran
bayi.”
Sumber: Foto Pribadi
Buku Kesehatan Ibu dan Anak
12
Ibu Sehat, Anak Sehat, Bangsaku Kuat
Ruri mengangguk-angguk tanda paham. Ruri kemudian melanjutkan
membuka halaman berikutnya. Halaman itu memberikan keterangan tentang
petunjuk agar ibu dan bayi sehat. Petunjuk itu berbunyi seperti berikut.
1. Makan makanan dengan gizi seimbang 1–2 piring lebih banyak
selama hamil dan menyusui. Makanan ini berfungsi untuk menjaga
kesehatan dan gizi ibu agar tetap baik, menjaga kelangsungan dan
pertumbuhan normal bayi dalam kandungan sehingga kelak bayi
lahir dalam keadaan sehat, dan mempersiapkan produksi ASI.
2. Makan aneka ragam makanan 4–5 kali sehari. Di samping itu,
perlu ditambah dengan makanan selingan pada pagi dan sore, seperti
kolak pisang, bubur kacang hijau, dan lain-lain.
3. Makan makanan yang mengandung zat besi, baik yang berasal dari
hewan, kacang-kacangan, maupun sayuran berwarna hijau tua.
4. Memeriksakan kandungan setiap bulan agar jika ditemukan
gangguan atau kelainan pada ibu hamil dan bayi yang dikandung
dapat segera ditolong tenaga kesehatan.
5. Menimbang berat badan setiap bulan untuk memantau pertambahan
berat badan selama kehamilan.
6. Meminum tablet penambah darah satu tablet setiap hari selama
hamil sampai 40 hari setelah melahirkan.
7. Imunisasi TT 2 kali sebelum kehamilan 8 bulan untuk mencegah
penyakit tetanus pada bayi baru lahir karena penyakit ini sering
mengakibatkan kematian bayi.
8. Menjaga kebersihan diri dengan mandi dan gosok gigi.
9. Cukup istirahat.
13
Kegiatan Di Posyandu
”Ayo, Ruri, sudah jam 10.00 rupanya,” kata ibu mengagetkan Ruri yang
sedang menyimak gambar-gambar dalam buku tersebut. ”Mumpung Mita
sudah tertidur, kita ke ruang penyuluhan yuk karena akan ada penyuluhan
dari petugas kesehatan puskesmas!”
Suasana penyuluhan kesehatan di Posyandugan untuk penyuluhan.
Sesampai di sana, ruangan itu ternyata telah dipenuhi ibu-ibu. Ruri dan ibu
mencari tempat yang masih longgar. Tak lama kemudian, tiga orang petugas
kesehatan puskesmas memasuki ruangan.
***
Penyuluhan Kesehatan
Salah seorang petugas kesehatan dari puskesmas membuka acara
penyuluhan. Kali ini, mereka akan menyampaikan tentang penyakit-
penyakit yang sering dialami oleh anak, yaitu diare dan ISPA (Infeksi
Saluran Pernapasan Akut), serta penjelasan tentang ASI eksklusif.
Petugas pembuka acara kemudian mempersilakan salah seorang
petugas yang lain untuk menyampaikan pidatonya. Petugas tersebut telah
mempersiapkan sebuah gelas dan sebuah bungkusan.
”Ibu-ibu yang saya hormati,” kata petugas tersebut memulai pidatonya.
”Pada kesempatan yang berbahagia ini, pertama, saya akan menyampaikan
tentang penyakit diare yang sering menyerang anak-anak kita dan cara
pencegahannya. Kedua, tentang penyakit ISPA, dan yang ketiga tentang
pemberian ASI eksklusif.”
Ruri telah siap dengan buku catatannya. Ruri mulai menuliskan setiap
penjelasan petugas kesehatan yang berhasil ia tangkap.
15
Penyuluhan Kesehatan
Diare adalah perubahan bentuk kotoran anak yang semula padat
menjadi lembek atau cair dan buang air besar 3 kali atau lebih dalam 24
jam. Anak yang terkena diare harus banyak diberi minum, misalnya: ASI,
air matang, air sayur, atau oralit.
Ternyata, bungkusan yang telah disiapkan petugas tadi adalah oralit.
Kemudian petugas tersebut memperagakan cara pemberian oralit dan
takarannya. Ruri telah siap dengan catatannya.
Masukkan satu bungkus oralit ke dalam satu gelas air (200 cc) yang
sudah dimasak dan aduk sampai rata. Minumkan segera cairan oralit sedikit
demi sedikit sampai anak tidak merasa haus lagi dengan takaran, anak di
bawah satu tahun, 1 ½ gelas oralit pada 3 jam pertama. Selanjutnya, berikan
½ gelas oralit setiap kali mencret. Anak di bawah lima tahun (balita), 3 gelas
oralit pada 3 jam pertama. Selanjutnya, berikan satu gelas oralit setiap kali
mencret.
Suasana penyuluhan kesehatan di Posyandu.
16
Ibu Sehat, Anak Sehat, Bangsaku Kuat
Bagi bayi yang terkena diare, ASI harus tetap diberikan dan bagi
bayi yang sudah tidak minum ASI, pemberian makanan lunak juga tetap
diteruskan. Namun, jika terjadi tanda-tanda seperti buang air besar encer
berkali-kali, muntah berulang-ulang, rasa haus yang nyata, demam, makan
atau minum sedikit, dan ada darah dalam tinja, anak harus segera dibawa
ke petugas kesehatan.
Seorang ibu tiba-tiba mengangkat tangan sambil bertanya, ”Maaf Bu,
bagaimana cara pencegahan diare?”
Petugas kesehatan itu menjawab, ”Cara pencegahan diare adalah
bayi hanya diberi ASI sampai usia 4–6 bulan. Mencuci tangan dengan sabun
setelah buang air besar dan sebelum memberi makan anak. Menggunakan
jamban dan menjaga kebersihannya. Membuang tinja anak pada tempat
yang benar. Dan, minum dengan air matang serta mencuci sayuran dan
buah dengan air matang.”
”Apakah masih ada yang akan bertanya?” tanya petugas kesehatan
yang membuka acara tadi. Petugas kesehatan tersebut diam sejenak sambil
menanti kalau-kalau masih ada ibu-ibu yang akan bertanya. Namun, setelah
ditunggu, ternyata tidak ada seorang pun yang bertanya. Petugas tersebut
lalu berkata, ”Nah, ibu-ibu karena tidak ada yang bertanya lagi tentang
diare, kita akan melanjutkan memberikan penjelasan tentang penyakit ISPA
atau Infeksi Saluran pernapasan Akut.”
Kemudian, petugas kesehatan yang memberikan pidato tentang diare
berdiri lagi untuk menjelaskan penyakit ISPA. Ruri telah membuka
halaman baru buku tulisnya dan siap mencatat semua penjelasan petugas
kesehatan tersebut.
Batuk pilek dengan napas cepat atau napas sesak merupakan penyakit
yang sering berakhir dengan kematian pada balita. Seorang balita dikatakan
17
Penyuluhan Kesehatan
mengalami napas cepat apabila balita yang berumur kurang dari 2 bulan terlihat
bernapas lebih dari 60 kali/menit. Kemudian, balita yang berumur 2 bulan
sampai kurang dari 1 tahun terlihat bernapas lebih dari 50 kali/menit. Dan,
balita yang berumur 1 tahun sampai 5 tahun bernapas lebih dari 40 kali/menit.
Sedangkan, seorang balita dikatakan mengalami napas sesak apabila
terlihat cekungan/dinding dada di antara iga dan ulu hati. Jika ditemui
tanda-tanda tersebut, balita harus segera dibawa ke tenaga kesehatan.
Namun, jika balita hanya batuk pilek tanpa disertai tanda napas cepat
atau sesak, cukup dirawat di rumah dengan terus memberikan ASI jika
bayi masih menyusu, memberikan makanan dan minuman lebih banyak,
membersihkan hidung agar tidak terganggu pernapasannya, dan memberikan
obat tradisional, yaitu campuran satu sendok air jeruk nipis dan satu sendok
teh kecap manis atau madu. Jika dalam 3 hari tidak ada perbaikan atau
keadaan makin memburuk, segera bawa ke tenaga kesehatan.
Selanjutnya, cara mencegah penyakit ISPA adalah menjauhkan anak
dari penderita batuk, mencegah diri dari merokok di dekat anak, memberikan
makanan bergizi setiap hari, dan menjaga kebersihan lingkungan dan
sirkulasi udara di sekitar rumah.
Petugas kesehatan tersebut menjelaskan tentang cara mencegah
penyakit ISPA dengan bantuan gambar yang ditempel di papan tulis
sehingga ibu-ibu bisa mudah memahaminya.
Ruri telah lengkap mencatat semua ilmu yang disampaikan petugas
kesehatan dari puskesmas yang datang ke posyandu. Ruri tampak sudah
lelah. Namun, Ruri tetap ngotot ingin mencatat pidato selanjutnya tentang
pemberian ASI eksklusif walaupun ibu telah menawari Ruri untuk meninggalkan
acara penyuluhan sebelum acara berakhir. Terpaksa Ibu Dahlia menuruti
anaknya yang bersikeras menahan rasa lelahnya.
18
Ibu Sehat, Anak Sehat, Bangsaku Kuat
”Nah ibu-ibu,” kata petugas kesehatan selanjutnya, ”karena hari telah
siang, kita akan langsung memberikan penyuluhan tentang manfaat
pemberian ASI eksklusif.”
ASI eksklusif adalah memberikan hanya ASI tanpa memberikan
makanan dan minuman lain kepada bayi sejak lahir sampai bayi berusia 6
bulan, kecuali obat dan vitamin.
ASI yang keluar pada hari-hari pertama setelah kelahiran bayi disebut
KOLOSTRUM. Kolostrum ini berwarna kekuning-kuningan dan lebih
kental karena mengandung banyak vitamin A, protein, dan zat kekebalan
Cara mencegah penyakit ISPA.
19
Penyuluhan Kesehatan
yang penting untuk melindungi bayi dari penyakit infeksi. Selain itu,
kolostrum juga mengandung vitamin E, K, dan beberapa mineral seperti
Natrium (N) dan seng (Zn).
Ruri mengikuti penjelasan petugas kesehatan tersebut dengan sedikit
kewalahan. Catatannya terlihat agak tidak rapi, tetapi masih bisa terbaca.
Selanjutnya, petugas kesehatan tersebut menjelaskan tentang manfaat ASI
bagi bayi dan manfaat pemberian ASI atau menyusui bagi ibu serta kerugian
pemberian susu formula atau susu botol.
ASI merupakan makanan terbaik bagi bagi. ASI mudah dicerna
oleh sistem pencernaan bayi sehingga zat gizi dapat terserap dengan baik.
Kandungan gizi dalam ASI menyesuaikan dengan kebutuhan bayi. ASI
mengandung zat kekebalan sehingga bayi terlindung dari penyakit dan bisa
tumbuh dengan optimal. ASI mencegah bayi dari alergi dan diare. Sterilitas
ASI terjamin dan aman dari pencemaran kuman.
Selain itu, ASI tidak pernah basi, selalu tersedia dalam suhu yang
tepat, dapat mencegah timbulnya penyakit Diabetes Militus pada bayi atau
anak, meangsang koordinasi saraf bayi, dan mencerdaskan bayi karena ASI
mengandung AA dan DHA yang berfungsi sebagai pembentuk sel otak.
”Apa yang dimaksud AA dan DHA, Bu?” tanya salah seorang ibu.
”AA singkatan dari Arachidonic Acid. AA merupakan salah satu
bentuk asam lemak yang baik dan berguna untuk perkembangan otak
bayi sehingga dapat membantu kecerdasan bayi atau balita, memperbaiki
kerusakan sel dan jaringan tubuh, dan dapat meningkatkan fungsi jantung
dan sirkulasi darah. Selain terdapat di dalam ASI, AA dapat ditemukan di
dalam kuning telur, daging, dan bentuk makanan bersumber hewani lainnya.
Nah, ibu-ibu, kekurangan AA dapat menyebabkan pertumbuhan bayi atau
20
Ibu Sehat, Anak Sehat, Bangsaku Kuat
balita kurang maksimal dan daya tahan tubuh yang tidak dapat memerangi
infeksi,” terang petugas kesehatan tersebut.
Petugas kesehatan menambahkan, ”Sedangkan, DHA singkatan dari
Docosahexaenoic Acid. Salah satu sumber DHA selain dari ASI adalah dari
ikan berminyak seperti salmon, sardin, herring, dan tuna, selain juga terdapat
di dalam minyak ikan. DHA dapat membantu menyampaian pesan-pesan di
otak manusia, sehingga DHA ini sangat penting untuk perkembangan otak
bayi atau balita. Kekurangan DHA dapat menyebabkan depresi, hiperaktif, dan
penyakit Alzheimer.”
Setelah tidak ada ibu-ibu yang bertanya lagi, petugas kesehatan itu
melanjutkan materinya tentang manfaat menyusui bagi ibu.
Menyusui bayi memiliki banyak sekali keuntungan, yaitu dapat
mengurangi perdarahan setelah melahirkan, mengurangi terjadinya anemia
(kekurangan darah), menjarangkan kehamilan, mempercepat pemulihan
rahim, mempercepat tubuh langsing kembali, lebih ekonomis dan murah,
hemat waktu dan tidak merepotkan, mempererat tali kasih sayang antara
ibu dan anak, dan menghindarkan ibu dari penyakit kanker payudara dan
indung telur.
Hari kian berajak siang. Tinggal satu materi yang belum
disampaikan oleh petugas kesehatan. Ruri masih sabar menunggu hingga
acara penyuluhan selesai. Setelah beristirahat sejenak, petugas kesehatan
melanjutkan materinya tentang kerugian pemberian susu formula atau
susu botol pada bayi.
Menurut petugas tersebut, susu formula atau susu botol tidak
mengandung zat kekebalan. Harganya pun mahal, merepotkan, dan sering
menimbulkan alergi. Selain itu, botol susu dan dot lebih sulit dibersihkan
sehingga mudah tercemar bakteri atau kuman penyakit.
21
Penyuluhan Kesehatan
Setelah materi terakhir disampaikan secara singkat, petugas
kesehatan yang membuka acara tadi berdiri kembali untuk menutup acara
penyuluhan.
Ruri dan ibu pun bersiap-siap untuk berdiri dan meninggalkan acara
penyuluhan. Namun, tiba-tiba Ruri diam sejenak sambil celingukan dan
bertanya-tanya di dalam hati. Di mana anak-anak ibu-ibu yang datang ke
posyandu tadi? Kelihatannya aku tadi melihat banyak anak di posyandu
tapi kok mereka menghilang ketika acara penyuluhan, ya?
Karena penasaran, Ruri bertanya kepada ibu. ”Bu, ke mana anak-
anak yang tadi dibawa ibu-ibu mereka ke posyandu? Apa mereka sudah
dipulangkan oleh ibu-ibu mereka? Kok Ruri tidak melihat mereka saat
acara penyuluhan?”
”Ruri, mereka berada di Taman Bacaan dan Arena Bermain yang
menggunakan garasi rumah Bu Harun. Di sana ada aneka bacaan dan
mainan. Yuk, kita tengok ke sana!” ajak ibu.
***
A. Taman Bacaan dan Arena Bermain
Ibu mengajak Ruri menuju ke garasi rumah Bu Harun. ”Wow ... ramai sekali
di sini!” gumam Ruri. Ada anak-anak yang bermain menyusun puzzle, menyusun
balok-balok kayu menjadi sebuah bangunan, bermain mobil-mobilan, bermain
dokter-dokteran, dan aneka mainan yang lainnya. Ada pula anak-anak yang belajar
mewarnai gambar dan melihat-lihat buku cerita bergambar. Ruri menjadi paham,
ternyata pelayanan di posyandu ini sangat lengkap. Selain mengurusi kesehatan ibu
dan anak, posyandu juga menyediakan sarana pendidikan bagi anak.
Ruri yang terkagum-kagum dengan antusias anak-anak balita
tersebut terhadap buku-buku bacaan mulai tertarik bertanya lagi. Ruri
menanyakan kepada ibunya, ”Dari mana buku-buku itu diperoleh, Bu?”
”Gerakan pengadaan taman bacaan di posyandu ini merupakan salah
satu upaya pemerintah dalam meningkatkan minat baca masyarakat
Pelayanan Lain Di Posyandu
23
Pelayanan Lain Di Posyandu
sehingga buku-buku yang disediakan tidak hanya buku anak-anak saja,
tetapi juga buku-buku tentang hidup bersih, keterampilan, cinta alam, dan
buku-buku tentang pendidikan moral. Buku-buku tersebut adalah bantuan
dari pemerintah. Namun, ada juga buku-buku yang datang bergilir dari
posyandu ke posyandu. Ada petugas khusus yang membawanya kemari dan
kemudian membawanya kembali untuk dipinjamkan ke posyandu yang lain.
Buku-buku tersebut beredar dari posyandu ke posyandu selama satu tahun.”
Ruri manggut-manggut mendengarkan penjelasan ibu yang sangat
jelas. Ruri pun mulai turut bergabung dengan anak-anak dan ibu-ibu pengasuh
posyandu membuka-buka buku bacaan yang tersedia di dalam rak-rak kayu.
Ruri tertarik dengan sebuah buku yang menceritakan tentang bagaimana
mengusir demam berdarah. Selama ini, di kampung Ruri memang sering
terjadi kasus-kasus demam berdarah yang tidak hanya menyerang anak-
anak, tetapi juga orang dewasa. Ruri ingin mengetahui apa penyebab demam
berdarah dan bagaimana menanggulanginya karena tak jarang demam
berdarah menyebabkan kematian bagi korbannya.
Anak-anak bermain dan membaca buku di Posyandu.
24
Ibu Sehat, Anak Sehat, Bangsaku Kuat
Dalam buku itu diterangkan bahwa demam berdarah disebabkan
oleh gigitan nyamuk Aedes Aegypty. Nyamuk ini biasa berkeliaran dan
menggigit korbannya di siang hari. Nyamuk ini biasa bertelur di air-air yang
menggenang, seperti di kamar mandi, tempat-tempat penyimpanan air, dan
wadah-wadah terbuka yang bisa digenangi air, antara lain pot, vas bunga
segar, bekas-bekas kaleng di luar rumah yang bisa terisi air hujan, dan
barang-barang bekas yang lain.
Cara menanggulanginya adalah dengan melakukan gerakan 3M,
yaitu: menguras, menutup, dan menimbun. Menguras bak mandi setiap
kali, menutup tempat-tempat penyimpanan air, dan menimbun barang-barang
bekas yang bisa terisi air. Sedangkan, cara penanggulangannya yang lain
adalah dengan melakukan pengasapan di lingkungan sekitar warga, seperti
di rumah-rumah, sekolah-sekolah, pekarangan, kebun, dan selokan. Tujuan
dari pengasapan ini adalah agar nyamuk dan jentik-jentik nyamuk mati.
Setelah Ruri puas menyimak semua ilmu dari buku Mengusir Demam
Berdarah, Ruri beralih kepada buku kesehatan bagi anak. Buku yang Ruri
pilih adalah buku yang bercerita tentang cara menyikat gigi. Buku itu
sangat menarik sekali karena gambar-gambarnya lucu dan berwarna-warni.
Dari buku itu, Ruri jadi tahu cara menyikat gigi yang benar. Rupanya cara
menyikat gigi yang benar adalah dengan gerakan naik-turun dan pendek-
pendek, dilakukan selama 2 menit, lalu kumur-kumur cukup satu kali.
Tahapan-tahapannya adalah berkumur-kumur dahulu sebelum menyikat
gigi. Lalu, siapkan sikat gigi dan pasta gigi yang mengandung our.Setelah
itu, sikat permukaaan gigi yang menghadap langit-langit atau lidah. Lalu,
sikat permukaan gigi yang menghadap pipi dan bibir, serta permukaan
gigi yang dipakai untuk menguyah. Jangan lupa sikat bagian gusi dengan
gerakan memutar. Dan, sikat juga lidah agar sisa makanan yang menempel
di permukaannya hilang karena sisa-sisa makanan itu bisa menyebabkan
bau mulut menjadi tak sedap.
25
Pelayanan Lain Di Posyandu
B. Pemberian Makanan Bergizi
Hari ini Ruri puas menikmati pengalamannya turut ibu ke posyandu.
Akhirnya, setelah Ruri melihat-lihat taman bacaan dan arena bermain
anak yang disediakan di posyandu, Ruri mengeluh capek dan ingin
segera pulang.
”Ruri, tolong siapkan tempat makan dan minum yang kita bawa dari
rumah tadi,” perintah ibu, ”tempat itu akan diisi dengan tambahan makanan
bergizi untuk ibu dan balita.”
Mereka lalu antre untuk mendapatkan tambahan makanan bergizi.
Ada nasi, urap yang terdiri atas campuran sayur wortel, buncis,
kecambah, timun, kacang panjang, dan bayam, tahu, tempe, telur rebus,
pisang, pepaya, dan bubur kacang hijau.
Urutan cara menyikat gigi.
26
Ibu Sehat, Anak Sehat, Bangsaku Kuat
”Wah, lengkap sekali,” gumam Ruri.
”Benar, Rur, karena untuk hidup dan meningkatkan kualitas hidup,
kita memerlukan 5 kelompok gizi, yaitu: karbohidrat, protein, lemak,
vitamin, dan mineral dalam jumlah cukup,” sahut ibu.
”Ruri tahu, Bu,” sela Ruri, ”kandungan dari makanan itu.
Karbohidrat terdapat pada nasi, protein terdapat pada tahu, tempe, dan telur
rebus. Lalu, lemak ... terdapat pada apa ya, Bu?” tanya Ruri ketika ia tak
menemukan jenis makanan yang mengandung lemak.
”Lihat, bubur kacang hijau ini menggunakan santan. Santan berasal
dari buah kelapa yang banyak mengandung lemak. Selain itu, kuning telur
juga mengandung lemak yang bagus untuk perkembangan otak,” jelas ibu.
Ruri mendengarkan penjelasan ibunya sambil mengangguk-angguk
tanda mengerti. Ruri lalu mencoba mengelompokkan kembali jenis
makanan yang diperoleh dari posyandu ke dalam kelompok gizi vitamin
dan mineral. ”Pisang dan pepaya adalah sumber vitamin, begitu pula dengan
sayur-sayuran dan kacang hijau. Lalu, mineral terdapat pada air,” seru Ruri
bangga setelah mampu mengelompokkan makanan-makanan tersebut ke
dalam kelompok gizi.
”Rur, makanan-makanan itu merupakan beberapa di antara bahan
makanan gizi seimbang,” kata ibu seraya membuka payung untuk melindungi
Mita dari panas matahari. ”Di dalam makanan tersebut terdapat triguna
makanan.”
”Ruri baru kali ini mendengar triguna makanan. Apa yang dimaksud
triguna makanan itu, Bu?” tanya Ruri dengan antusias seraya mengambil
buku catatannya. Namun, ibu melarangnya. ”Kamu dengarkan saja dulu
menjelasan ibu, Rur. Nanti kita ulangi di rumah. Kasihan Mita sudah
kelihatan capek dan ingin minum ASI lagi,”
27
Pelayanan Lain Di Posyandu
”Oke, Bu,” jawab Ruri penuh semangat dengan sikap hormat.
Ibu yang mendengar jawaban Ruri hanya geleng-geleng kepala melihat
tingkah Ruri.
”Nah, Rur, triguna makanan itu terdiri atas sumber zat tenaga
yang meliputi: padi-padian, umbi-umbian, dan tepung-tepungan seperti
beras, jagung, gandum, ubi kayu, ubi jalar, kentang, sagu, mie, termasuk
pisang. Fungsi zat tenaga ini adalah untuk menunjang kegiatan kita sehari-
hari.” terang ibu sambil membenahi letak gendongan Mita.”Selanjutnya,
sumber zat pengatur meliputi: sayuran dan buah-buahan atau vitamin
dan mineral. Zat pengatur berfungsi untuk melancarkan bekerjanya
fungsi organ tubuh. Dan sumber zat pembangun yang bisa berasal dari
tumbuhan atau nabati seperti kacang-kacangan, tempe, tahu, dan bisa
Bahan makanan gizi seimbang
28
Ibu Sehat, Anak Sehat, Bangsaku Kuat
berasal dari hewani dan hasil olahannya seperti telur, ikan, ayam,
daging, susu, keju. Zat pembangun ini berfungsi untuk pertumbuhan dan
kecerdasan.”
”Apakah kita harus memakan jenis makanan triguna tersebut setiap
hari, Bu?” tanya Ruri.
”Benar. Kita harus makan beraneka ragam makanan untuk mencapai
masukan gizi yang lengkap dan seimbang karena tidak ada satu jenis makanan
pun yang mengandung zat gizi yang memenuhi semua kebutuhan tubuh.”
Ruri dan ibu pun beranjak dari posyandu bersama ibu-ibu yang
lain beserta balitanya. Ruri kembali membaca sepintas pesan-pesan
kesehatan yang terpampang di berbagai poster seperti anjuran untuk
memberi makanan sehat kepada anak dan anjuran menghindari
kebiasaan merokok hingga Ruri melihat tulisan di sebuah papan tentang
fungsi posyandu sebagai pendukung terwujudnya fungsi keluarga. Ruri
pun memohon izin sebentar kepada ibunya untuk mencatat. Ibu pun
terpaksa mengizinkan Ruri walaupun Mita sudah mulai merengek. Ibu
berkata dalam hati, ”Kapan lagi Ruri memperoleh ilmu sebanyak ini
kalau tidak sekarang. Besok-besok pasti ia sudah tak punya waktu lagi
kemari karena sekolah sudah masuk.”
Fungsi posyandu sebagai pendukung terwujudnya fungsi keluarga
menurut UU nomor 10 dan peraturan pemerintah tahun 1994 adalah
sebagai berikut.
1. Keagamaan, posyandu diharapkan dapat merangsang keluarga
untuk mampu menjadi wahana pertama dan utama dalam
membawa seluruh anggotanya menjadi umat beragama yang
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
29
Pelayanan Lain Di Posyandu
2. Kebudayaan, posyandu diharapkan mampu memberdayakan
keluarga menjadi wahana untuk melestarikan budaya nasional
yang luhur dan bermartabat.
3. Cinta kasih, posyandu diharapkan mampu menyiapkan keluarga
menjadi wahana yang utama untuk menumbuhkan cinta kasih
antar sesama anggotanya, antar orang tua, antar anak dengan orang
tua, dan antar sesama anak-anak sendiri.
4. Perlindungan, posyandu membantu keluarga menjadi pelindung
yang utama dan kokoh dalam memberikan kebenaran dan keteladanan
kepada anak-anak dan keturunannya.
5. Reproduksi, posyandu mengembangkan keluarga menjadi pengatur
reproduksi keturunan secara sehat dan berencana sehingga mampu
menghasilkan anak-anak yang berkualitas.
6. Sosialisasi dan Pendidikan, posyandu membantu keluarga menjadi
sekolah pertama yang bisa mengantarkan anak menjadi panutan
masyarakat dan dirinya sendiri.
7. Ekonomi, posyandu membantu keluarga menjadi suatu unit
yang mandiri dan sanggup meningkatkan kesejahteraaan lahir
dan batinnya.
8. Pemeliharaan lingkungan, posyandu membantu keluarga dalam
upaya memelihara lingkungannya demi memberikan yang terbaik
bagi anak cucunya di masa yang akan datang.
Setelah selesai mencatat, Ruri langsung menyusul Ibu dan Mita
yang sudah menunggu di pintu pagar rumah Bu Harun. Ruri membantu
ibu membawakan tasnya dan tambahan makanan bergizi dari posyandu.
Sedangkan ibu mulai membuka payung karena hari terik sekali.
30
Ibu Sehat, Anak Sehat, Bangsaku Kuat
Sepanjang jalan menuju ke rumah, Ruri tampak riang sekali.
Berulang kali Ruri menyanyikan lagu ”Aku Anak Sehat”.
Aku Anak Sehat
Aku anak sehat
Tubuhku kuat
Karena ibuku rajin dan cermat
Semenjak aku bayi slalu diberi ASI
Makanan bergizi
Dan imunisasi
Berat badanku ditimbang slalu
Posyandu menunggu setiap waktu
Jika aku diare
Ibu slalu waspada
Pertolongan oralit slalu siap sedia
***
Melanjutkan Membaca
Sesampai di rumah, ibu memberi Mita makanan tambahan yang
dibawa dari posyandu.
”Ibu, bolehkah Ruri meminta kacang hijaunya sedikit?”
”Tentu saja Mita, toh nanti Mita juga tidak habis sendirian.”
”Oya, Bu, nanti setelah Ruri makan siang, bolehkah Ruri meminjam
lagi Buku Kesehatan Ibu dan Anak yang tadi Ruri baca di posyandu? Tadi
Ruri belum selesai membacanya,” pinta Ruri.
”Boleh saja. Tapi setelah itu kamu harus tidur siang, lo,”
pinta ibu pula.
Karena sudah tak sabar untuk meneruskan membaca buku itu, Ruri
bergegas ganti bajudan makan siang. Makan siang Ruri hari ini lengkap
karena terdiri atas makanan bergizi. Padahal, biasanya Ruri sangat
enggan mengambil sayuran yang disediakan ibu. Ruri biasa makan hanya
nasi dan lauk saja. Dan, lauk kesukaannya adalah ayam goreng. Sekarang,
32
Ibu Sehat, Anak Sehat, Bangsaku Kuat
Ruri sudah paham apa kegunaan makanan yang selalu disediakan ibu untuk
kesehatan tubuh.
”Alhamdulillah,” ucap Ruri setelah menyelesaikan makan siangnya.
Tak lama kemudian, Ruri bergegas menuju beranda belakang rumahnya
yang asri nan sejuk untuk melanjutkan membaca Buku Kesehatan Ibu dan
Anak. Ruri menuju ke bagian E dari buku itu tentang Stimulasi Tumbuh
Kembang Anak.
Di dalam buku itu dituliskan bahwa yang dimaksud dengan stimulasi
tumbuh kembang adalah kegiatan untuk merangsang kemampuan dan
tumbuh kembang anak sesuai umurnya yang dilakukan oleh ibu dan
keluarga. Adapun jenis perkembangan anak yang dipantau dan distimulasi,
meliputi: kemampuan gerak, berbicara dan kecerdasan serta kemampuan
bergaul dan kemandirian anak.
Dalam stimulasi tumbuh kembang anak ini, ibu dan keluarga bisa
menggunakan cara-cara sebagai berikut.
1. Mengajar atau melatih anak dalam berbagai kegiatan seperti:
bermain, berlari, menari, menulis, menggambar, makan/minum
sendiri, membantu orang tua, menghitung, dan membaca.
2. Pemberian stimulasi dilaksanakan secara bertahap, berkelanjutan,
dan terus menerus.
3. Menggunakan benda atau barang/alat yang ada di sekitar anak dan
tidak berbahaya bagi anak.
4. Jangan memaksa apabila anak tidak mau melakukan kegiatan
stimulasi atau ketika anak sudah bosan.
5. Beri pujian setiap anak berhasil melakukan kegiatan stimulasi
yang sesuai dengan tingkat umurnya.
33
Melanjutkan Membaca
6. Stimulasi dilakukan dengan penuh kasih sayang dan dalam suasana
yang menyenangkan.
Selain melakukan stimulasi, ibu dan keluarga sekaligus dapat
memantau perkembangan dan kesehatan anak. Dalam buku tersebut,
pemantauan perkembangan dan kesehatan anak dibagi terhadap:
1. Bayi usia 0–30 hari (1 bulan)
Pada usia 1 bulan, ibu dan keluarga harus memantau perkembangan
bayi apakah sudah dapat mengisap ASI dengan baik, menggerakkan kedua
lengan dan kaki secara aktif sama mudahnya, mata bayi sesekali menatap
ke mata ibu, dan mulai mengeluarkan suara.
Jika pada usia tersebut bayi belum dapat melakukan hal-hal di
atas, ibu dan keluarga perlu melakukan stimulasi lebih sering dan jika
ternyata dalam 1 bulan tidak ada perubahan, segera bawa ke petugas
kesehatan.
Sedangkan, stimulasi dini yang bisa dilakukan ibu dan keluarga
terhadap bayi berusia 1 bulan, antara lain adalah:
a. Ketika bayi rewel, carilah penyebabnya dan peluklah dia dengan
penuh kasih sayang.
b. Gantung benda-benda yang berbunyi atau berwarna cerah di atas
tempat tidur bayi agar bayi dapat melihat benda tersebut bergerak-
gerak dan berusaha menendang/meraih benda tersebut.
c. Latih bayi mengangkat kepala dengan cara meletakkannya pada
posisi telungkup.
d. Ajak bayi tersenyum, terutama ketika dia tersenyum kepada
anda.
34
Ibu Sehat, Anak Sehat, Bangsaku Kuat
Selanjutnya, ada hal-hal penting yang harus ibu dan keluarga lakukan
pada bayi umur 0–30 hari, yaitu:
a. Ukur lingkar kepala bayi (LIKA) sekurang-kurangnya 1 kali
pada umur 8–30 hari.
b. Timbang berat badan.
c. Beri ASI saja sampai umur 6 bulan (ASI eksklusif) karena
produksi ASI pada periode tersebut sudah mencukupi kebutuhan
bayi untuk tumbuh kembang yang sehat.
d. Minta imunisasi HB 1, BCG, Polio 1 sampai saat bayi umur 30
hari.
2. Bayi umur 1–4 bulan
Pada usia 4 bulan, ibu dan keluarga harus memantau perkembangan
bayi apakah sudah dapat menegakkan kepalanya pada saat tengkurap,
menggenggam mainan yang disentuhkan pada telapak tangannya,
Bayi telentang di tempat tidur sedang berusaha meraih mainan.
35
Melanjutkan Membaca
mengikuti gerakan anda dengan menggerakkan kepalanya dari satu sisi ke
sisi yang lain, dan membalas senyuman.
Jika pada usia tersebut bayi belum dapat melakukan hal-hal di atas,
ibu dan keluarga perlu melakukan stimulasi lebih sering dan jika ternyata
dalam 1 bulan tidak ada perubahan, segera bawa ke petugas kesehatan.
Sedangkan, stimulasi dini yang bisa dilakukan ibu dan keluarga
terhadap bayi berusia 1–4 bulan, antara lain adalah:
a. Mengungkapkan rasa kasih sayang dan rasa aman dengan ber-
bicara lembut, membuai, memeluk, mencium, dan menyanyi kan
lagu.
b. Menirukan ocehan, gerakan, dan mimik anak. Anak sering
diajak bicara dengan mendengarkan berbagai suara, misalnya
suara burung, ayam, dan kerincingan.
c. Melatih anak membalikkan badan dari telentang ke telungkup.
d. Melatih anak menggenggam benda dengan kuat. Letakkan
benda di tangan bayi. Setelah bayi menggenggam benda
tersebut, tariklah perlahan-lahan.
Selanjutnya, ada hal-hal penting yang harus ibu dan keluarga lakukan
pada bayi umur 1–4 bulan, yaitu:
a. Minta imunisasi HB 2, DPT 1, Polio 2 pada petugas kesehatan
saat bayi umur 2 bulan dan imunisasi DPT 2, Polio 3 saat bayi
umur 3 bulan.
b. Ukur LIKA sekurang-kurangnya 1 kali pada umur 3 bulan.
c. Timbang berat badan pada setiap bulan.
d. Beri ASI saja sampai umur 6 bulan (ASI eksklusif).
3. Bayi umur 4–6 bulan
36
Ibu Sehat, Anak Sehat, Bangsaku Kuat
Pada usia 6 bulan, ibu dan keluarga harus memantau perkembangan
bayi apakah sudah dapat berbalik dari terlentang ke telengkup atau
sebaliknya, meraih mainan yang berada dalam jangkauan tangannya,
menengok ke arah sumber suara, misalnya sendok dipukul ke gelas/piring,
atau kerincingan, dan mencari benda yang dipindahkan.
Jika pada usia tersebut bayi belum dapat melakukan hal-hal di atas,
ibu dan keluarga perlu melakukan stimulasi lebih sering dan jika ternyata
dalam 1 bulan tidak ada perubahan, segera bawa ke petugas kesehatan.
Sedangkan, stimulasi dini yang bisa dilakukan ibu dan keluarga
terhadap bayi berusia 4–6 bulan, antara lain adalah:
a. Bantu bayi untuk duduk sendiri, mulai dengan mendudukkan
bayi di kursi yang mempunyai sandaran.
b. Latih bayi untuk memegang 2 benda dalam waktu yang
bersamaan.
c. Latih bayi menirukan kata-kata dengan cara menirukan suara
bayi dan buatlah agar dia mau menirukannya kembali.
d. Latih bayi bermain ”ciluk ba” atau permainan lain seperti
melambaikan tangan sambil menyebut da ... da ...”
Ibu bermaian ci luk ba dengan bayinya.
37
Melanjutkan Membaca
Selanjutnya, ada hal-hal penting yang harus ibu dan keluarga lakukan
pada bayi umur 4–6 bulan, yaitu:
a. Minta imunisasi DPT 3, Polio 4 pada saat bayi umur 4 bulan.
b. Ukur LIKA sekurang-kurangnya 1 kali pada saat bayi umur 6
bulan.
c. Timbang berat badan tiap bulan.
d. Sebelum tumbuh gigi, bersihkan gusi dan lidah bayi dengan
kain kasa yang dibasahi dengan air matang hangat setelah bayi
menyusu.
e. Memberikan makanan berupa ASI sambil dikenalkan dengan
makanan pendamping ASI berbentuk makanan lumat, misalnya
bubur susu, pisang, air buah, dan lain-lain. Makanan pendamping
ini diberikan setelah bayi diberi ASI.
4. Bayi umur 6–9 bulan
Pada usia 9 bulan, ibu dan keluarga harus memantau perkembangan
bayi apakah sudah dapat duduk sendiri, memindahkan benda dari tangan
satu ke tangan yang lain, tertawa/berteriak bila melihat benda yang menarik,
dan makan kue tanpa dibantu.
Jika pada usia tersebut bayi belum dapat melakukan hal-hal di
atas, ibu dan keluarga perlu melakukan stimulasi lebih sering dan jika
ternyata dalam 1 bulan tidak ada perubahan, maka segera bawa ke
petugas kesehatan.
Sedangkan, stimulasi dini yang bisa dilakukan ibu dan keluarga
terhadap bayi berusia 6–9 bulan, antara lain adalah:
a. Angkatlah anak dan bantulah berdiri di atas alas yang datar dan
kuat.
38
Ibu Sehat, Anak Sehat, Bangsaku Kuat
b. Latih bayi untuk memasukkan dan mengeluarkan benda dari
wadah.
c. Perlihatkan gambar benda dan bantulah bayi menunjuk nama
benda yang anda sebutkan.
d. Ajak bayi bermain dengan permainan yang perlu dilakukan
bersama.
Selanjutnya, ada hal-hal penting yang harus ibu dan keluarga lakukan
pada bayi umur 6–9 bulan, yaitu:
a. Minta imunisasi HB 3 saat bayi umur 6 bulan dan imunisasi
campak saat bayi umur 9 bulan.
b. Ukur LIKA sekurang-kurangnya 1 kali pada usia 9 bulan.
c. Timbang berat badan setiap bulan.
d. Perhatikan kesehatan gigi bayi, terutama pertumbuhan gigi susu
dan kebersihan gigi sedikitnya 1 kali sehari.
e. Berikan ASI dan selingi dengan buah-buahan serta makanan
lembek sekurang-kurangnya 3 kali sehari.
Bayi latihan memasukkan dan mengeluarkan mainan dari wadah.
39
Melanjutkan Membaca
5. Bayi umur 9-12 bulan
Pada usia 12 bulan, ibu dan keluarga harus memantau perkembangan
bayi apakah sudah dapat berjalan dengan pegangan, meraup benda kecil
seperti kacang dengan jari-jari tangannya, mengatakan dua suku kata yang
sama, misalnya pa-pa, ma-ma, dan membedakan anda dengan orang yang
belum dikenal.
Jika pada usia tersebut bayi belum dapat melakukan hal-hal di atas,
maka ibu dan keluarga perlu melakukan stimulasi lebih sering dan jika
ternyata dalam 1 bulan tidak ada perubahan, maka segera bawa ke petugas
kesehatan.
Ruri jadi teringat Mita. Mita sekarang baru berlatih berjalan dan berbicara.
”Wah, syukur Alhamdulillah, berarti adikku mengalami pertumbuhan yang
baik lagi sehat!” batin Ruri bangga sambil terus melanjutkan membaca.
Sedangkan, stimulasi dini yang bisa dilakukan ibu dan keluarga
terhadap bayi berusia 9–12 bulan, antara lain adalah:
a. Melatih bayi berjalan sendiri.
b. Mengajarkan anak menggelindingkan bola.
Bayi berlatih berjalan.
40
Ibu Sehat, Anak Sehat, Bangsaku Kuat
c. Memberikan kesempatan kepada anak untuk menggambar.
d. Makan bersama dengan cara mengajak anak duduk bersama
dengan anggota keluarga yang lain.
Selanjutnya, ada hal-hal penting yang harus ibu dan keluarga lakukan
pada bayi umur 9–12 bulan, yaitu:
a. Ukur LIKA sekuang-kurangnya 1 kali saat usia 12 bulan.
b. Timbang berat badan tiap bulan.
c. Perhatikan kesehatan gigi bayi dengan cara menyikat gigi bayi
sedikitnya 1 kali sehari tanpa pasta gigi dengan posisi kepala
bayi di atas pangkuan ibu dan memeriksakan giginya ke
Poliklinik Gigi Puskesmas.
d. Tetap memberikan ASI sebelum memberikan makanan
pendamping ASI. Makanan pendamping ASI diberikan
sekurang-kurangnya 3 kali sehari. Kemudian, bayi juga mulai
diberikan makanan selingan bergizi 1-2 kali sehari, seperti kue
dan biskuit. Selanjutnya, berikan pula buah-buahan segar dan
sari buah.
6. Anak umur 12-18 bulan
Pada usia 18 bulan, ibu dan keluarga harus memantau perkembangan
anak apakah sudah dapat berjalan sendiri tanpa jatuh, memungut benda
kecil seperti kacang dengan ibu jari dan telenjuk, mengungkapkan
keinginan secara sederhana, dan minum sendiri dari gelas tanpa tumpah.
Jika pada usia tersebut bayi belum dapat melakukan hal-hal di atas, maka
ibu dan keluarga perlu melakukan stimulasi lebih sering dan jika ternyata dalam
1 bulan tidak ada perubahan, maka segera bawa ke petugas kesehatan.
41
Melanjutkan Membaca
Sedangkan, stimulasi dini yang bisa dilakukan ibu dan keluarga
terhadap bayi berusia 12-18 bulan, antara lain adalah:
a. Melatih anak naik turun tangga.
b. Bermain dengan anak, menunjukkan cara menangkap bola
besar dan melemparkannya kembali kepada anda.
c. Melatih anak menyebut nama bagian tubuh sekaligus menunjuk
bagian tubuh tersebut dan usahakan agar dia mau menyebutnya
kembali.
d. Memberi kesempatan pada anak untuk melepas pakaiannya
sendiri.
Selanjutnya, ada hal-hal penting yang harus ibu dan keluarga lakukan
pada bayi umur 12-18 bulan, yaitu:
a. Ukur LIKA sekurang-kurangnya 1 kali pada umur 18 bulan.
Ibu dan Anak bermain tangkap bola.
42
Ibu Sehat, Anak Sehat, Bangsaku Kuat
b. Timbang berat badan tiap bulan.
c. Mintalah kapsul vitamin A setiap bulan Februari dan
Agustus.
d. Perhatikan kesehatan gigi anak dengan membantunya menyikat
gigi dan memberikan pengertian kepada anak agar menghindari
makanan yang lengket dan manis (permen, cokelat). Sediakan
juga pasta gigi yang mengandung ouryangtidakmanisserta
berikan contoh pembiasaan menyikat gigi 2 kali sehari seseudah
sarapan dan sebelum tidur.
e. Memberikan ASI dan makanan pendamping ASI serta mulai
memberikan makanan keluarga sesuai gizi seimbang dengan
jumlah ½ porsi orang dewasa, sebanyak 3 kali sehari. Selain itu,
juga diberikan makanan selingan bergizi seperti kue dan biskuit
sebanyak 1–2 kali sehari serta buah-buahan segar atau sari buah.
7. Anak umur 18–24 bulan
Pada usia 24 bulan, ibu dan keluarga harus memantau perkembangan
anak apakah sudah dapat berjalan mundur sedikitnya 5 langkah, mencoret-
coret dengan alat tulis, menunjuk bagian tubuh dan menyebut namanya, dan
meniru melakukan pekerjaan rumah tangga, misalnya membuang sampah
pada tempatnya.
Jika pada usia tersebut bayi belum dapat melakukan hal-hal di
atas, ibu dan keluarga perlu melakukan stimulasi lebih sering dan jika
ternyata dalam 1 bulan tidak ada perubahan, segera bawa ke petugas
kesehatan.
Sedangkan, stimulasi dini yang bisa dilakukan ibu dan keluarga
terhadap bayi berusia 18–24 bulan, antara lain adalah:
43
Melanjutkan Membaca
a. Latihlah anak dalam keseimbangan tubuh, dengan cara berdiri
pada satu kaki secara bergantian.
b. Latihlah anak untuk menggambar bulatan, garis, segitiga, dan
gambar wajah.
c. Latihlah anak agar mau menceritakan apa yang tadi dilihatnya.
d. Latihlah anak dalam hal kebersihan diri, yaitu: buang air kecil
dan buang air besar pada tempatnya, tetapi jangan terlalu ketat.
Selanjutnya, ada hal-hal penting yang harus ibu dan keluarga lakukan
pada bayi umur 18–24 bulan, yaitu:
a. Ukur LIKA sekurang-kurangnya 1 kali pada umur 24 bulan.
b. Timbang berat badan tiap bulan.
c. Mintalah kapsul vitamin A setiap bulan Februari dan Agustus.
d. Perhatikan kesehatan gigi anak, meliputi: pemeriksaan keleng-
kapan gigi susu (20 buah) pada umur 24 bulan, membiasakan dan
membantu anak menyikat gigi, dan membawanya ke puskesmas
bila ada kerusakan gigi pada anak.
e. ASI tetap diberikan sampai anak berumur 2 tahun. Berikan
makanan keluarga sesuai gizi seimbang sebanyak 3 kali sehari.
8. Anak Umur 2-3 tahun
Pada usia 3 tahun, ibu dan keluarga harus memantau perkembangan anak
apakah sudah dapat berdiri dengan satu kaki tanpa pegangan sedikitnya dua
hitungan, meniru membuat garis lurus, menyatakan keinginan sedikitnya
dua kata, dan melepas pakaiannya sendiri.
Jika pada usia tersebut bayi belum dapat melakukan hal-hal di
atas, maka ibu dan keluarga perlu melakukan stimulasi lebih sering dan
jika ternyata dalam 1 bulan tidak ada perubahan, maka segera bawa ke
petugas kesehatan.
44
Ibu Sehat, Anak Sehat, Bangsaku Kuat
Sedangkan, stimulasi dini yang bisa dilakukan ibu dan keluarga
terhadap bayi berusia 2–3 tahun, antara lain adalah:
a. Latihlah anak melompat dengan satu kaki.
b. Latihlah anak untuk menyusun dan menumpuk balok.
c. Latihlah anak mengenal bentuk dan warna.
d. Latihlah anak dalam hal kebersihan diri, yaitu: mencuci tangan
dan kaki serta mengeringkannya sendiri.
Selanjutnya, ada hal-hal penting yang harus ibu dan keluarga lakukan
pada bayi umur 2–3 tahun, yaitu:
a. Ukur LIKA sekurang-kurangnya 1 kali pada umur 3 tahun.
b. Timbang berat badan tiap bulan.
c. Mintalah kapsul vitamin A setiap bulan Februari dan Agustus.
d. Perhatikan kesehatan gigi anak dengan memeriksanya setiap 6
bulan sekali dan bawalah ke puskesmas bila terjadi kerusakan
gigi.
e. Anak berangsur-angsur disapih dengan memberikan susu sapi
atau susu formula sebanyak 2 kali sehari.
f. Berikan makanan keluarga sesuai dengan gizi seimbang
sebanyak 3 kali sehari dan makanan selingan bergizi sebanyak
1-2 kali sehari serta buah-buhan segar.
9. Anak Umur 3–4 tahun
Pada usia 4 tahun, ibu dan keluarga harus memantau perkembangan
anak apakah sudah dapat berjalan jinjit, membuat gambar lingkaran, mengenal
sedikitnya satu warna, dan mematuhi peraturan permainan sederhana.
Jika pada usia tersebut bayi belum dapat melakukan hal-hal di
atas, ibu dan keluarga perlu melakukan stimulasi lebih sering dan jika
45
Melanjutkan Membaca
ternyata dalam 1 bulan tidak ada perubahan, maka segera bawa ke petugas
kesehatan.
Sedangkan, stimulasi dini yang bisa dilakukan ibu dan keluarga
terhadap bayi berusia 3–4 tahun, antara lain adalah:
a. Doronglah anak agar dapat melakukan hal yang diperkirakan
mampu dia kerjakan, misalnya melompat dengan satu kaki.
b. Latihlah anak cara memotong/menggunting gambar-gambar.
Mulailah dengan gambar yang besar.
c. Latihlah anak mengancingkan kancing baju.
d. Latihlah anak dalam sopan santun, misalnya: berterimakasih,
mencium tangan, dan sebagainya.
Selanjutnya, ada hal-hal penting yang harus ibu dan keluarga lakukan
pada bayi umur 3–4 tahun, yaitu:
a. Ukur LIKA sekurang-kurangnya 1 kali pada umur 4 tahun.
b. Timbang berat badan tiap bulan.
c. Mintalah kapsul vitamin A setiap bulan Februari dan Agustus.
d. Periksalah ke petugas kesehatan apabila anak sakit.
e. Terus mengawasai dan membimbing anak dalam memelihara
kesehatan gigi dan menghindarkan dari kebiasaan buruk
seperti makan permen, cokelat, dan mengisap jempol.
f. Terus memberi makanan keluarga, makanan selingan bergizi,
dan buah-buahan segar.
10. Anak Umur 4–5 tahun
46
Ibu Sehat, Anak Sehat, Bangsaku Kuat
Pada usia 5 tahun, ibu dan keluarga harus memantau perkembangan
anak apakah sudah dapat melompat dengan satu kaki, mengancingkan baju,
bercerita sederhana, dan mencuci tangan sendiri.
Jika pada usia tersebut bayi belum dapat melakukan hal-hal di atas, ibu
dan keluarga perlu melakukan stimulasi lebih sering dan jika ternyata dalam 1
bulan tidak ada perubahan, maka segera bawa ke petugas kesehatan.
Sedangkan, stimulasi dini yang bisa dilakukan ibu dan keluarga
terhadap bayi berusia 4–5 tahun, antara lain adalah:
a. Doronglah anak agar dapat melakukan hal yang diperkirakan
mampu dia kerjakan, misalnya lompat tali, main engklek, dan
sebagainya.
b. Melatih anak melengkapi gambar misalnya: menggambar baju
pada gambar orang, menggambar pohon, bunga, rumah, dan
sebagainya.
c. Jawablah pertanyaan anak dengan benar, jangan membohongi
atau menunda jawaban.
Anak 5 tahun membantu ibu memasak di dapur.
47
Melanjutkan Membaca
d. Ikutsertakan anak dalam aktivitas keluarga, misalnya: memasak,
berbelanja ke pasar, membereskan mainan, dan sebagainya.
Selanjutnya, ada hal-hal penting yang harus ibu dan keluarga lakukan
pada bayi umur 4–5 tahun, yaitu:
a. Ukur LIKA sekurang-kurangnya 1 kali pada umur 5 tahun.
b. Timbang berat badan tiap bulan.
c. Mintalah kapsul vitamin A setiap bulan Februari dan Agustus.
d. Periksalah ke petugas kesehatan apabila anak sakit.
e. Terus mengawasai dan membimbing anak dalam memelihara
kesehatan gigi dan memeriksakan kesehatan gigi/mulut secara
teratur.
f. Terus memberi makanan keluarga, makanan selingan bergizi,
dan buah-buahan segar.
Sampai akhir kalimat yang dibaca, Ruri rupanya tak bisa menahan
kantuknya. Ia menguap lebar dan menutup buku itu. Ruri pun tertidur di
atas sofa di ruang tamu.
***
Penutup
Begitu pentingnya kesehatan ibu dan anak telah mewajibkan seluruh
anggota masyarakat untuk berperan aktif mendukungnya. Tentu saja
pemerintah pun telah memfasilitasinya dengan berbagai upaya. Salah
satunya melalui posyandu. Di dalamnya ibu akan mendapatkan berbagai
pelayanan dan juga pengetahuan bagaimana menjaga kesehatan diri, anak
(balita), keluarga serta lingkungan. Bahkan, termasuk di dalamnya ilmu
tentang pendidikan.
Sebagai anak-anak yang masih duduk di bangku sekolah dasar pun,
kalian juga harus turut berperan aktif, paling tidak mengenal ilmu kesehatan.
Oleh karena itu, cobalah sesekali berkunjung ke posyandu yang diadakan
di lingkungan tempat tinggalmu. Amati kegiatan yang ada di sana dan
bertanyalah kepada ibumu apakah dahulu kalian juga rajin dibawa ke posyandu?
Barangkali ibu masih menyimpan Kartu Menuju Sehat milikmu dan kau
akan melihat bagaimana perkembangan dan pertumbuhanmu dulu yang
terpantau oleh petugas posyandu.
Ahmadi, Umar. 2006. Imunisasi, Mengapa Perlu? Jakarta: Buku Kompas.
Arisman, M.B. 2010. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia.
Departemen Kesehatan RI (1995). Pedoman Deteksi Dini Tumbuh
Kembang Balita. Jakarta.
Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia
Pusat Bahasa. Edisi Keempat. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Floto, Sonja-Stammen. 2010. Buku Pintar Makanan Bergizi. Solo: Tiga
Serangkai.
Prasetyono, Dwi Sunar. Buku Pintar ASI Eksklusif: Pengenalan, Praktik,
dan Kemanfaatan-Kemanfaatannya. Yogyakarta: Diva Press.
Ismail, Djauhar. ”Deteksi Dini Tumbuh Kembang Anak”. Bagian Ilmu
Kesehatan Anak, Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada,
Yog ya ka r t a.
Daftar Pustaka
50
Ibu Sehat, Anak Sehat, Bangsaku Kuat
Ismail, Djauhar.1996. ”Tata Laksana Penyimpangan Tumbuh Kembang
Balita di Tigkat Pelayanan Dasar”. Disampaikan pada Lokakarya
Deteksi Dini Tumbuh Kembang di Bandung 25 Maret-27 Maret
1996.
N.B., Moesintowati 1996. ”Pengembangan RSU Dati H sebagai Pusat
Rujukan Penyimpangan Tumbuh Kembang Anak Balita”.
Disampaikan pada Lokakarya Deteksi Dini Tumbuh Kembang di
Bandung 25 Maret-27 Maret 1996.
Prabaningrum, Anggraeni. 35 Resep Hidangan Bergizi untuk Balita. Jakarta:
WahyuMedia.
Ranuh, I.G.N. (ed.). 2001. Buku Imunisasi di Indonesia. Satgas Imunisasi,
Ikatan Dokter Anak Indonesia. Jakarta.
Tim Demedia. 2010. Menu Sehat untuk Ibu Hamil. Jakarta: Demedia Pustaka.
Yahya, Nadjibah, dr.Dipl. (CIBTAC). 2010. Kesehatan Reproduksi Pranikah:
Panduan Hidup Sehat Masa Pranikah. Jakarta: Tiga Kelana.
Sumber internet:
http: //www.damandiri.or.id/le/buku/bukuposdaya07bab1.pdf. Buku
Pedoman Pembentukan & Pengembangan Pos Pemberdayaan
Keluarga (Posdaya).
Glosarium
Air Ketuban cairan yang menyelubungi janian dalam kandungan.
Alergi perubahan reaksi tubuh terhadap kuman-kuman penyakit;
keadaan sangat peka terhadap penyebab tertentu (zat,
makanan, serbuk, keadaan udara, asap) yang dalam kadar
tertentu tidak membahayakan untuk sebagian besar orang.
Gizi Zat makanan pokok yang diperlukan bagi pertumbuhan
dan kesehatan badan.
Hiperaktif Sifat yang sangat aktif.
Infeksi Terkena hama; kemasukan bibit penyakit; peradangan;
ketularan penyakit.
Janin Bakal bayi (masih dalam kandungan).
Jaringan Susunan sel-sel khusus yang sama pada tubuh dan bersatu
dalam menjalankan fungsi biologis tertentu.
52
Ibu Sehat, Anak Sehat, Bangsaku Kuat
Jentik-Jentik Anak nyamuk yang masih seperti ulat kecil yang hidup di
air.
Kandungan Kantong peranakan di perut wanita.
Kuman Binatang amat kecil yang menyebabkan penyakit; bakteri.
Nyeri Berasa sakit (seperti ditususk-tusuk jarum atau seperti
dijepit pada bagian tubuh).
Oralit Obat berupa bubuk garam untuk dicairkan sebagai
pengganti mineral dan cairan yang keluar akibat penyakit
muntah berak.
Saraf Jaringan yang mengatur kerja sama dan menyalurkan
rangsangan dari dan ke alat-alat tubuh.
Sel Bagian atau bentuk terkecil dari organisme terdiri atas
satu atau lebih inti, protoplasma,dan zat-zat mati yang
dikelilingi oleh selaput sel.
Stimulasi Dorongan; rangsangan.
A
Air ketuban 19
alergi 27, 29
Alzheimer 28
asam lemak 27
D
demam berdarah 31, 32
Demam Berdarah 33
depresi 28
DHA 27, 28
F
our33,50
G
garasi 29, 30
gigi 20, 32, 33, 45, 46, 48, 50, 51, 52, 53, 55
gizi 5, 20, 27, 34, 35, 36, 50, 51, 52
gusi 33, 45
H
Indeks
54
Ibu Sehat, Anak Sehat, Bangsaku Kuat
hiperaktif 28
I
infeksi 27, 28
Infeksi 22, 24
J
jamban 24
janin 19
jaringan 27
jentik-jentik 32
K
kandungan 4, 19, 20
KOLOSTRUM 27
koordinasi 27
kuman 27, 29
N
nyeri 19
O
oralit 23, 38
P
pelatihan 16
puzzle 30
S
saraf 27
sel 27
sikat 33
sirkulasi darah 27
sistem pencernaan 27
Sterilitas 27
stimulasi 40, 41, 43, 44, 45, 47, 48, 49, 50, 51, 52, 53, 54
T
tinja 24
Z
zat besi 20
zat kekebalan 27, 28
S
ekar Amalia lahir di kota Batik Solo. Ia menamatkan pendidikan
strata 1 di Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta. Hingga kini, ia masih
tinggal di kota Solo sambil menjalankan aktivitasnya sebagai pekerja buku,
baik buku anak maupun buku remaja dan dewasa. Dari mulai proses penulisan
hingga penerbitannya.
Tentang Penulis
Buku pengetahuan kesehatan, khususnya kesehatan ibu dan anak.
Dikonsep dalam bentuk cerita yang mengajak anak-anak seakan-akan turut
menikmati sendiri perjalanan yang sarat ilmu pengetahuan.
Anak-anak perlu mengenal pengetahuan tentang kesehatan ibu dan
anak agar mereka lebih berbakti kepada orang tua, khususnya ibu dan
turut serta mewujudkan negara Indonesia yang sehat, jasmani dan rohani.
PT PANTJA SIMPATI
Jalan Raya Serang Km. 11, Cikupa,
Tangerang 15710
Tel. (62-21) 5961224 (Hunting)
Faks (62-21) 59400638
E-mail : [email protected]
